Identifikasi peninggalan budaya di lingkungan sekitar
Tema : Candi Batujaya
1. Apa
·
Apa nama benda tersebut?
Percandian Batujaya.
·
Dari bahan apa saja benda itu dibuat?
Kalau biasanya candi
menggunakan bahan dasar batu gunung, candi-candi di situs Batujaya menggunakan
batu bata. Hal ini dimungkinkan mengingat Batujaya berada di dataran rendah,
jauh dari lokasi batu-batu gunung. Uniknya, ukuran bata yang dipakai, yakni 40
x 20 x 7 sentimeter, lebih besar dari bata pada umumnya. Bentuknya juga
bermacam-macam sesuai kebutuhan arsitektur bangunan candi. Di beberapa bagian
candi, misalnya, alas tangga di situs Segaran V (Candi Blandongan) dilapis
dengan stuko (plester).
·
Apa benda peninggalan dan
temuan dari Percandian ini?
Dari segi
kualitas, candi di situs Batujaya tidaklah utuh secara umum sebagaimana
layaknya sebagian besar bangunan candi. Bangunan-bangunan candi tersebut
ditemukan hanya di bagian kaki atau dasar bangunan, kecuali sisa bangunan di
situs Candi Blandongan. Candi-candi yang sebagian besar masih berada di dalam
tanah berbentuk gundukan bukit (juga disebut sebagai unur dalam bahasa Sunda dan bahasa Jawa). Ternyata candi-candi ini tidak memperlihatkan
ukuran atau ketinggian bangunan yang sama. Temuan-temuan arkeologi
lainnya seperti keramik Cina, gerabah, votive
tablet, lepa (pleister), hiasan dan
arca-arca stucco dan bangunan bata
2. Dimana
·
Dimana lokasi benda tersebut?
Candi ini terletak
di KecamatanBatujaya dan Kecamatan Pakisjaya,
Kabupaten Karawang,
Provinsi Jawa Barat.
Situs Batujaya terletak di lokasi yang relatif berdekatan dengan Situs Cibuaya (sekitar 15km
di arah timur laut) yang merupakan peninggalan bangunan Hindu dan situs temuan pra-Hindu "kebudayaan Buni" yang diperkirakan berasal dari masa abad
pertama Masehi. Kenyataan ini seakan-akan mendukung tulisan Fa Hsien yang menyatakan: "Di Ye-po-ti (Taruma, maksudnya Kerajaan Taruma) jarang ditemukan penganut Buddhisme, tetapi banyak
dijumpai brahmana dan orang-orang beragama kotor".
Lokasi candi
ini dahulu merupakan danau dan candi dibangun di tepi danau. Danau ini
terbentuk akibat beralihnya sungai Citaruum dari arah Utara ke Barat Laut
(lihat gambar). Hal ini juga di tandakan dengan nama desa yang ada yaitu
Segaran yang berarti Laut atau badan air seperi danau dalam bahasa Sangsekerta
dan Telaga Jaya.
3. Siapa?
·
Siapa yang membuat benda
tersebut?
Tidak tercatat siapa yang membuat candi ini. Namun, penelitian
menyatakan bahwa candi ini merupakan candi peninggalan dari Kerajaan
tarumanegara.
4. Kapan?
·
Kapan benda tersebut
dibangun?
Tidak tercatat kapan
percandian ini dibangun. Tapi menurut penelitian, Kompleks candi Batujaya
adalah kompleks candi bata paling tua. Hal itu karena di antara artefak-artefak
yang berhasil ditemukan terdapat peninggalan sebelum masa Hindu-Buddha, antara
lain delapan tengkorak dan gerabah dari masa prasejarah (masa budaya buni). Berdasarkan analisis radiometri karbon 14 pada artefak-artefak
peninggalan di candi Blandongan, salah satu situs percandian Batujaya,
diketahui bahwa kronologi paling tua berasal dari abad ke-2 Masehi dan yang paling muda
berasal dari abad ke-12.
5. Mengapa?
·
Mengapa benda ini dinamakan
Percandian Batujaya?
Sebegitu terkenalnya, Candi
Jiwa ternyata hanya salah satu dari 30 candi yang ada di kompleks percandian
Batujaya di Karawang, Jawa Barat. Kompleks ini disebut percandian karena
terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik.
6. Bagaimana?
·
Bagaimana keadaan lokasi benda tersebut?
Dijelaskan bahwa telah
terjadi transgresi (penambahan muka air laut) dan regresi (penurunan muka air
laut) dihitung dari 7.000 tahun yang lalu hingga tahun 1983. Kurva itu
menyebutkan antara tahun 485 masehi hingga 983 masehi, atau saat pembangunan
Batujaya, muara air laut berada pada ketinggian 0 mdpl - 0,5 mdpl. Artinya,
candi memang dibangun di wilayah pantai. Namun, seiring waktu, terjadi regresi
air laut sehingga ketinggian air laut berkurang. Sejak tahun 1983 hingga kini,
Batujaya dihitung para ahli berada pada ketinggian 2 mdpl.
Bukti lain di dekat
Batujaya pernah ada pelabuhan laut antar negara bisa dilihat dari penemuan
benda kuno beragam bentuk di tepi Sungai Citarum dekat Batujaya. Daerah itu
diduga kuat sebagai muara Citarum. Benda itu seperti cermin, peralatan
perunggu, gelang loklak, dan keramik dari Guandong yang berasal dari abad ke-9
dan ke-10. Benda itu diduga adalah bahan pertukaran atau jual beli di muara
Citarum.
Pengolahan tanah liat
menjadi batu bata, misalnya. Proses pembuatan batu bata sangat maju karena
menerapkan inovasi campuran sekam atau kulit padi. Campuran itu diyakini
mematangkan bagian dalam batu bata saat dipanaskan hingga suhu 700 derajat
celcius. Teknologi lain adalah stuko atau plester berwarna putih
berbahan dasar kapur. Kapur diambil dari pegunungan kapur di Karawang Selatan.
Perbukitan itu masuk dalam Formasi Parigi yang terdiri dari batu gamping
klastik dan batu gamping terumbu yang melintang dari arah barat ke timut dengan
panjang 20 kilometer.
Bahan pembuatan dan
kegunaannya pun disesuaikan dengan tujuan penggunaan. Untuk melapisi tembok,
arsitek mencampur kapur dan kulit kerang. Hal ini terkait keberadaan candi yang
berada di tepi pantai. Kerang dianggap sebagai bahan kuat penahan abrasi air
laut. Stuko juga digunakan untuk membuat ornamen, relief, dan arca. Untuk ini,
biasanya pekerja membakar kapur dengan suhu 900-1.000 derajat celsius.
Sedangkan untuk memperoleh fondasi yang kuat, kapur dicampur dengan pasir, dan
kerikil.
·
Bagaimana penerapan mitigasi bencana pada benda
tersebut?
Penerapan mitigasi bencana
juga sudah terlihat dari usaha meninggikan halaman candi dan mengeraskan lantai
dengan lapisan beton stupa guna menghindari banjir Buktinya, bisa dilihat dari
reruntuhan Candi Segaran V (Candi Blandongan). Hasan mengatakan arsiteknya
sudah mengetahui resiko banjir bila hidup di sepanjang sungai dan muara
Citarum. Moda transportasi mengandalkan Citarum juga sudah
terlihat. Dengan menggunakan perahu dayung dalam melakukan aktivitas
pengambilan kapur dari Karst Pangkalan melewati Sungai Citarum. Buktinya,
penemuan dayung di sekitar situs.
Akan tetapi, Arkeolog dari
Balai Arkeologi Bandung Lutfi Youndri belum semua keunggulan Batujaya bisa
diungkapkan ke permukaan. Dari 30 yang telah dieskavasi sebanyak 8 situs belum
dieksplorasi lebih lanjut. Bahkan, dari 22 situs yan telah tergali informasi
pun belum selengkapnya diketahui. Oleh karena ia mengharapkan agar ke depannya, minat untuk
menggali lebih dalam tentang pesona Batujaya bisa datang lebih banyak dari
berbagai pihak. Bukan sekedar bernostalgia tapi memetik semangat yang ada di
dalamnya.
0 komentar:
Posting Komentar