Kamis, 16 Mei 2013

Identifikasi Peninggalan Sosial Budaya


Identifikasi peninggalan budaya di lingkungan sekitar

Tema : Candi Batujaya

1. Apa
·        Apa nama benda tersebut?
         Percandian Batujaya.
·        Dari bahan apa saja benda itu dibuat?
Kalau biasanya candi menggunakan bahan dasar batu gunung, candi-candi di situs Batujaya menggunakan batu bata. Hal ini dimungkinkan mengingat Batujaya berada di dataran rendah, jauh dari lokasi batu-batu gunung. Uniknya, ukuran bata yang dipakai, yakni 40 x 20 x 7 sentimeter, lebih besar dari bata pada umumnya. Bentuknya juga bermacam-macam sesuai kebutuhan arsitektur bangunan candi. Di beberapa bagian candi, misalnya, alas tangga di situs Segaran V (Candi Blandongan) dilapis dengan stuko (plester).
·        Apa benda peninggalan dan temuan dari Percandian ini?
Dari segi kualitas, candi di situs Batujaya tidaklah utuh secara umum sebagaimana layaknya sebagian besar bangunan candi. Bangunan-bangunan candi tersebut ditemukan hanya di bagian kaki atau dasar bangunan, kecuali sisa bangunan di situs Candi Blandongan. Candi-candi yang sebagian besar masih berada di dalam tanah berbentuk gundukan bukit (juga disebut sebagai unur dalam bahasa Sunda dan bahasa Jawa). Ternyata candi-candi ini tidak memperlihatkan ukuran atau ketinggian bangunan yang sama. Temuan-temuan arkeologi lainnya seperti keramik Cina, gerabah, votive tablet, lepa (pleister), hiasan dan arca-arca stucco dan bangunan bata

2. Dimana
·        Dimana lokasi benda tersebut?
Candi ini terletak di KecamatanBatujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs Batujaya terletak di lokasi yang relatif berdekatan dengan Situs Cibuaya (sekitar 15km di arah timur laut) yang merupakan peninggalan bangunan Hindu dan situs temuan pra-Hindu "kebudayaan Buni" yang diperkirakan berasal dari masa abad pertama Masehi. Kenyataan ini seakan-akan mendukung tulisan Fa Hsien yang menyatakan: "Di Ye-po-ti (Taruma, maksudnya Kerajaan Taruma) jarang ditemukan penganut Buddhisme, tetapi banyak dijumpai brahmana dan orang-orang beragama kotor".
Lokasi candi ini dahulu merupakan danau dan candi dibangun di tepi danau. Danau ini terbentuk akibat beralihnya sungai Citaruum dari arah Utara ke Barat Laut (lihat gambar). Hal ini juga di tandakan dengan nama desa yang ada yaitu Segaran yang berarti Laut atau badan air seperi danau dalam bahasa Sangsekerta dan Telaga Jaya.




3. Siapa?
·        Siapa yang membuat benda tersebut?
         Tidak tercatat siapa yang membuat candi ini. Namun, penelitian menyatakan bahwa candi ini merupakan candi peninggalan dari Kerajaan tarumanegara.


4. Kapan?
·        Kapan benda tersebut dibangun?
Tidak tercatat kapan percandian ini dibangun. Tapi menurut penelitian, Kompleks candi Batujaya adalah kompleks candi bata paling tua. Hal itu karena di antara artefak-artefak yang berhasil ditemukan terdapat peninggalan sebelum masa Hindu-Buddha, antara lain delapan tengkorak dan gerabah dari masa prasejarah (masa budaya buni). Berdasarkan analisis radiometri karbon 14 pada artefak-artefak peninggalan di candi Blandongan, salah satu situs percandian Batujaya, diketahui bahwa kronologi paling tua berasal dari abad ke-2 Masehi dan yang paling muda berasal dari abad ke-12.

5. Mengapa?
·        Mengapa benda ini dinamakan Percandian Batujaya?
Sebegitu terkenalnya, Candi Jiwa ternyata hanya salah satu dari 30 candi yang ada di kompleks percandian Batujaya di Karawang, Jawa Barat.  Kompleks ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik. 

6. Bagaimana?
·        Bagaimana keadaan lokasi benda tersebut?
Dijelaskan bahwa telah terjadi transgresi (penambahan muka air laut) dan regresi (penurunan muka air laut) dihitung dari 7.000 tahun yang lalu hingga tahun 1983. Kurva itu menyebutkan antara tahun 485 masehi hingga 983 masehi, atau saat pembangunan Batujaya, muara air laut berada pada ketinggian 0 mdpl - 0,5 mdpl. Artinya, candi memang dibangun di wilayah pantai. Namun, seiring waktu, terjadi regresi air laut sehingga ketinggian air laut berkurang. Sejak tahun 1983 hingga kini, Batujaya dihitung para ahli berada pada ketinggian 2 mdpl.
Bukti lain di dekat Batujaya pernah ada pelabuhan laut antar negara bisa dilihat dari penemuan benda kuno beragam bentuk di tepi Sungai Citarum dekat Batujaya. Daerah itu diduga kuat sebagai muara Citarum. Benda itu seperti cermin, peralatan perunggu, gelang loklak, dan keramik dari Guandong yang berasal dari abad ke-9 dan ke-10. Benda itu diduga adalah bahan pertukaran atau jual beli di muara Citarum.





Pengolahan tanah liat menjadi batu bata, misalnya. Proses pembuatan batu bata sangat maju karena menerapkan inovasi campuran sekam atau kulit padi. Campuran itu diyakini mematangkan bagian dalam batu bata saat dipanaskan hingga suhu 700 derajat celcius. Teknologi lain adalah stuko atau plester berwarna putih berbahan dasar kapur. Kapur diambil dari pegunungan kapur di Karawang Selatan. Perbukitan itu masuk dalam Formasi Parigi yang terdiri dari batu gamping klastik dan batu gamping terumbu yang melintang dari arah barat ke timut dengan panjang 20 kilometer.
Bahan pembuatan dan kegunaannya pun disesuaikan dengan tujuan penggunaan. Untuk melapisi tembok, arsitek mencampur kapur dan kulit kerang. Hal ini terkait keberadaan candi yang berada di tepi pantai. Kerang dianggap sebagai bahan kuat penahan abrasi air laut. Stuko juga digunakan untuk membuat ornamen, relief, dan arca. Untuk ini, biasanya pekerja membakar kapur dengan suhu 900-1.000 derajat celsius. Sedangkan untuk memperoleh fondasi yang kuat, kapur dicampur dengan pasir, dan kerikil.
·        Bagaimana penerapan mitigasi bencana pada benda tersebut?
Penerapan mitigasi bencana juga sudah terlihat dari usaha meninggikan halaman candi dan mengeraskan lantai dengan lapisan beton stupa guna menghindari banjir Buktinya, bisa dilihat dari reruntuhan Candi Segaran V (Candi Blandongan). Hasan mengatakan arsiteknya sudah mengetahui resiko banjir bila hidup di sepanjang sungai dan muara Citarum. Moda transportasi mengandalkan Citarum juga sudah terlihat. Dengan menggunakan perahu dayung dalam melakukan aktivitas pengambilan kapur dari Karst Pangkalan melewati Sungai Citarum. Buktinya, penemuan dayung di sekitar situs.
Akan tetapi, Arkeolog dari Balai Arkeologi Bandung Lutfi Youndri belum semua keunggulan Batujaya bisa diungkapkan ke permukaan. Dari 30 yang telah dieskavasi sebanyak 8 situs belum dieksplorasi lebih lanjut. Bahkan, dari 22 situs yan telah tergali informasi pun belum selengkapnya diketahui. Oleh karena ia mengharapkan agar ke depannya, minat untuk menggali lebih dalam tentang pesona Batujaya bisa datang lebih banyak dari berbagai pihak. Bukan sekedar bernostalgia tapi memetik semangat yang ada di dalamnya.










0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More