Kutulis
surat cinta
bertinta air mata
Beralaskan penderitaan...
Untuk Qais ku terkasih,
Duhai Qais...
Teganya waktu memisahkan kita berdua.
Tertawa sinis menyaksikan kita menderita.
Matahari turut padam, berhanti bersinar.
Tapi yakinlah bahwa api cintaku terus berkobar.
Membakar segala kerinduan yang tak kunjung lebur.
Masa cepat berlalu.
Adakah wahai engkau yang disana merinduku?
Masihkah ada setetes sisa cinta untukku?
Tersisakah sehasta lapang kosong dalam ruang hatimu?
Pernahkah jantungmu berdegup karena memikirkanku?
Beralaskan penderitaan...
Untuk Qais ku terkasih,
Duhai Qais...
Teganya waktu memisahkan kita berdua.
Tertawa sinis menyaksikan kita menderita.
Matahari turut padam, berhanti bersinar.
Tapi yakinlah bahwa api cintaku terus berkobar.
Membakar segala kerinduan yang tak kunjung lebur.
Masa cepat berlalu.
Adakah wahai engkau yang disana merinduku?
Masihkah ada setetes sisa cinta untukku?
Tersisakah sehasta lapang kosong dalam ruang hatimu?
Pernahkah jantungmu berdegup karena memikirkanku?
Wahai sang Pujaan...
Kutitah
sang merpati untuk menyampaikan surat
cinta ini padamu.
Mengarungi
samudra cintaku yang dalam.
Melintasi
lembah rinduku yang terjal.
Melintasi
daratan luas kasihku yang tak bertepi.
Dari
cintamu yang ditawan kerinduan...
0 komentar:
Posting Komentar